Anggrek terbesar dan terberat di dunia,
Grammatophyllum Speciosum yang biasa disebut juga sebagai anggrek tebu. Tanaman
anggrek tebu tersebar secara alami mulai dari Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam,
Malaysia, Indonesia, hingga New Guinea. Di Indonesia anggrek tebu tersebar
mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Namun, saat ini tanaman anggrek tebu sudah sangat langka di Indonesia.
Kelangkaan dari anggrek tebu, saat ini menjadikanya sebagai salah satu tanaman
yang dilindungi di Indonesia.
Menurut Edi Wantoro, anggrek tebu merupakan salah
satu jenis species anggrek yang sudah sangat langka. Bunga anggrek tebu
merupakan jenis bunga anggrek terbesar dan paling berat diantara jenis-jenis
bunga anggrek lainnya. Ciri utama anggrek tebu adalah ukurannya yang besar.
Malai dapat tumbuh mencapai ketinggian 2,5 – 3 meter dengan diameter sekitar
1,5-2 cm. Dalam setiap malai bisa memiliki puluhan, bahkan mencapai seratus
kuntum bunga yang masih-masing bunga berdiameter sekitar 10 cm. Sosok batangnya
ini memang mirip dengan tebu, lantaran itu kemudian anggrek ini terkenal
sebagai anggrek tebu. Dalam satu rumpun dewasa, anggrek tebu dapat mencapai
berat lebih dari 1 ton. Itulah sebabnya tanaman ini layak menyandang predikat
sebagai anggrek terbesar dan terberat atau anggrek raksasa.
Bunga anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum)
berwarna kuning dengan bintik-bintik berwarna coklat, merah atau merah
kehitam-hitaman. Bunga anggrek tebu tahan lama dan tidak mudah layu. Meskipun
telah dipotong dari batangnya bunga raksasa yang super besar dan berat ini
mampu bertahan 2 bulan. Edi Wartono yang juga merawat anggrek hutan ini
mengatakan bahwa, anggrek tebu membutuhkan waktu satu tahun mulai dari proses
mengeluarkan tangkai bunga sampai buahnya masak. Anggrek tebu biasanya
berkembang biak di sela-sela pohon besar, namun karena ketiadaan pohon besar,
anggrek tebu tersebut ditanam ke dalam pot berukuran besar.
Comments
Post a Comment